Oleh : Al Ustadz S. Asadullah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120)
MUQADDIMAH
Ketidakridhaan orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada umat Islam merupakan suatu kepastian. Allah Ta'ala sendiri yang mengabarkannya di ayat ini. Umat Islam harus tetap berada dalam petunjuk agamanya, dan tidak menyimpang darinya. Karena itulah petunjuk yang sebenar-benarnya, bukan yang lain.
HIKMAH
Pelajaran yang dapat dipahami dari ayat tersebut, diantaranya :
1. Tidak ridhanya orang Yahudi dan Nasrani
Frasa
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Pada frasa ini Allah Ta'ala mengabarkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad ShallalLahu 'alaihi wa Sallam bahwa orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepada Beliau dan umatnya sampai mengikuti ajaran mereka. Mereka akan terus mengajak untuk mengikuti ajaran agama mereka.
Diawalinya frasa ini dengan huruf لَنْ yang bermakna 'tidak akan' untuk menegasikan selamanya (lit ta'bid). Artinya, sikap tidak ridhanya orang-orang Yahudi terhadap Rasulullah ShallalLahu 'alaihi wa Sallam dan kaum muslimin bersifat selamanya, tidak temporal. Hal ini terjadi karena mereka menganggap ajaran agama mereka itulah sebagai al-huda (petunjuk), sedangkan Nabi dan para pengikut Beliau dianggap berada di jalan kesesatan (dhalal). Padahal, petunjuk Allah Ta'ala adalah ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Itulah petunjuk yang hakiki.
Dari sini dapat dipahami kita tidak boleh disibukkan berupaya mencari cara agar orang-orang kafir itu ridha, senang dan menerima secara terbuka keberadaan diri kita. Apalagi bila sampai mengorbankan prinsip-prinsip ajaran Islam demi meraih predikat toleran seperti banyak terjadi saat ini. Misalnya seperti ikut mengucapkan selamat dan merayakan hari raya umat agama lain, berdoa bersama antar agama, membaca al-Qur'an dan shalawat Nabi di gereja dan sebagainya. Seharusnya yang kita lakukan adalah tetap menyeru dan berdakwah mengajak mereka kepada Islam.
Mengenai frasa ini, Imam al-Thabari menjelaskan :
وليست اليهود، يا محمد، ولا النصارى براضية عنك أبدا، فدع طلب ما يرضيهم ويوافقهم، وأقبل على طلب رضا الله في دعائهم إلى ما بعثك الله به من الحق، فإن الذي تدعوهم إليه من ذلك لهو السبيل إلى الاجتماع فيه معك على الألفة والدين القيم. ولا سبيل لك إلى إرضائهم باتباع ملتهم، لأن اليهودية ضد النصرانية، والنصرانية ضد اليهودية، ولا تجتمع النصرانية واليهودية في شخص واحد في حال واحدة، واليهود والنصارى لا تجتمع على الرضا بك، إلا أن تكون يهوديا نصرانيا
"Hai Muhammad orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu selamanya, karena itu tidak usah lagi kau cari hal yang dapat menjadikan mereka rela dan sejalan dengan mereka. Akan tetapi arahkan perhatianmu untuk mencapai ridha Allah dengan mengajak mereka kepada kebenaran yang kamu diutus dengannya. Sesungguhnya apa yang kamu ajakkan kepada mereka adalah jalan untuk berkumpul Bersama mereka dalam kedamaian dan agama yang kokoh, tetapi kamu tidaklah memiliki jalan untuk membuat mereka rela dengan jalan mengikuti agama mereka, karena orang yahudi bukanlah orang nasrani, begitu pula orang nasrani bukanlah orang yahudi. Orang nasrani dan yahudi tidak akan pernah rela kepadamu (Islam) sampai kamu menjadi nasrani dan yahudi seperti mereka."
Dakwah seharusnya kita sampaikan dengan cara-cara yang baik dan penuh hikmah, bukan dengan paksaan dan ancaman. Bukankah Allah Ta'ala berfirman :
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. an-Nahl : 125)
Selanjutnya, meski mukhathab (orang yang diseru) frasa ini ditujukan pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, namun hal ini berlaku juga bagi umatnya, yakni umat Islam. Syaikh Abdurrahman al-Sa'dy mengatakan :
والخطاب وإن كان لرسول الله صلى الله عليه وسلم فإن أمته داخلة في ذلك، لأن الاعتبار بعموم المعنى لا بخصوص المخاطب، كما أن العبرة بعموم اللفظ، لا بخصوص السبب
"Sekalipun khithab (seruan) frasa ini ditujukan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun termasuk juga di dalamnya, bagi umatnya, yakni umat Islam. Karena yang dilihat adalah keumuman makna, bukan melihat kekhususan mukhathab (siapa yang ditujukan pembicaraan tersebut)nya. Sebagaimana kaidah "Ibrah (pelajaran) diambil dari keumuman lafadz, bukan dilihat dari kekhususan sebab.”
Artinya, ketidakridhaan orang Yahudi dan Nasrani ini tidak hanya berlaku saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam ada, namun juga kepada umat muslim di masa-masa berikutnya hingga hari Kiamat kelak. Mereka tidak akan rela dan ridha sampai kita mengikuti dan memeluk agama mereka. Allah Ta'ala juga berfirman :
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ
"...Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (QS. Baqarah: 217)
Mengenai makna kata مِلَّةٌ Imam al-Syaukani berkata :
والملة اسم لما شرعه الله لعباده في كتبه على ألسن أنبيائه وهكذا الشريعة
"al-Millah adalah nama bagi seluruh apa yang disyari'atkan Allah kepada hamba-Nya dalam kitab-kitab-Nya yang disampaikan melalui lisan para nabi-Nya".
Karena itu, dari frasa ini bisa dipahami bahwa bukan hanya perkara aqidah atau keyakinan saja yang tidak diridhai orang Yahudi dan Nasrani, namun juga mencakup perkara hukum dan syari'at Islam.
2. Petunjuk Allah sebenar-benarnya petunjuk
Frasa
قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى
Pada frasa ini Allah Ta'ala memerintahkan kepada Nabi ShallalLahu 'alaihi wa Sallam menyampaikan bahwa sesungguhnya petunjuk-Nya sebenar-benar petunjuk, yakni petunjuk yang hakiki, yakni agama Islam dan ajarannya. Bukan petunjuk yang justru menyesatkan dan mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan.
Imam al-Syaukani berkata :
الحقيقي
"Yakni, petunjuk yang hakiki".
Petunjuk Allah 'Azza wa Jalla akan mengarahkan manusia pada jalan hidup yang benar dan lurus, yang mengantarkan pada kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Imam Ibnu Katsir berkata :
أي قل يا محمد إن هدى الله الذي بعثني به هو الهدى، يعني هو الدين المستقيم الصحيح الكامل الشامل
"Yakni, katakanlah, wahai Muhammad, sesungguhnya petunjuk Allah yang aku diutus dengannya adalah petunjuk yang sebenarnya, yaitu agama lurus, benar, sempurna, dan menyeluruh."
Karena itu, frasa ini juga mengisyaratkan kewajiban bagi orang mukmin untuk mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dibawa Rasul-Nya. Yakni petunjuk yang terdapat dalam al-Qur'an dan al-Sunnah serta apa yang ditunjuk keduanya.
3. Larangan mengikuti ajaran Yahudi dan Nasrani
Frasa
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Pada frasa ini Allah Ta'ala melarang Rasulullah ShallalLahu 'alaihi wa Sallam dan umatnya mengikuti hawa nafsu Yahudi dan Nasrani dengan mengikuti agama mereka. Larangan ini bisa dipahami dengan adanya celaan dan ancaman Allah Jalla wa ‘Ala, yakni Dia tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagi mereka. Tentu ini adalah ancaman sangat dahsyat dan menakutkan bagi seorang mukmin.
Imam al-Syaukani berkata :
وفي هذه الآية من الوعيد الشديد الذي ترجف له القلوب، وتتصدع منه الأفئدة
"Dalam ayat ini mengandung ancaman yang dahsyat yang mengguncangkan jiwa, merobek kalbu."
Mengapa demikian? karena kepada siapa lagi kita akan minta pertolongan di saat kesulitan dan kesusahan, selain kepada Allah 'Azza wa Jalla. Kalau bukan kepada-Nya, kepada siapa lagi kita memohon perlindungan dan pengayoman di waktu kita terancam dan teraniaya. Apalagi bila kita kelak di akhirat, ketika tidak ada perlindungan selain perlindungan dari-Nya. Tentu, ancaman ini sungguh mengerikan sekali.
Adapun frasa بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ merupakan alasan mengapa ancaman Allah Ta'ala begitu keras bagi umat Islam yang mengikuti cara-cara hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani. Yakni karena orang-orang mukmin telah mengetahui isi Al-Qur'an dan al-Sunnah, kemudian mereka justru meninggalkannya dan mengikuti jalan lain yang bathil.
WalLahu a'lamu bish-Shawab