Sudah selayaknya sebagai orang yang beriman, kita bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah dari Alloh Subhanahu wata ala.
Dibulan Ramadhan ini setiap Muslim sangat mengharapkan rahmat dan ampunan dari Alloh Subhanahu wata ala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang melaksanakan puasa Ramadhan karena iman kepada Alloh dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya" (Hadis Riwayat Bukhari Muslim)
Versi Audio di Bagian Akhir Artikel
Kita sebagai seorang muslim tentunya harus khawatir jika kita bertemu dengan Bulan Ramadhan dan kemudian Ramadhan telah pergi tetapi dosa-dosa kita tidak diampuni oleh Alloh Subhanahu wata ala. Persiapan menghadapi Bulan Ramadhan.
Sebagaimana Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam bersabda,
"......Jibril ‘alaihissalam datang kepadaku dan berkata, “Celaka hamba yang mendapati bulan ramadan, setelah lepas darinya ternyata ia tidak diampuni dosa-dosanya.” ... (Hadis Riwayat Bukhari)
Oleh karena itu bagaimana cara kita mengisi Ramadhan supaya dosa-dosa kita diampuni oleh Alloh Subhanahu wata ala ?.
Sebelum menjawab maka kita harus mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat amal shalih diterima oleh Alloh Subhanahu wata ala dan juga kita harus memperhatikan adab-abab puasa serta harus mengetahui perkara-perkara yang menghalangi dosa-dosa kita tidak terampuni.
Pertama, kita harus mengetahui syarat-syarat amal shalih diterima oleh Alloh Subhanahu wata ala yakni amal itu harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam dan ikhlas semata-mata karena Alloh.
Alloh Subhanahu wata ala berfirman yang terjemahannya
"(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang berserah diri kepada Alloh, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." (Terjemah Quran surat Al-Baqarah 112)
Didalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan pendapat Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa "aslama" ( menyerahkan ) ialah ikhlas, dan "wajhahu" (dirinya) artinya agamanya, yakni barang siapa yang mengikhlaskan agamanya karena Alloh semata dan "wahuwa muhsinun" (sedang ia berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam dalam beramal.
Dikatakan demikian karena syarat amal yang diterima itu ada dua yakni dilakukan dengan niat karena Alloh semata dan amal tersebut adalah benar yakni sesuai dengan tuntunan syariat (mengikuti petunjuk Rasul Shollallahu alaihi wa sallam). Karena itu, dikatakan oleh Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam dalam salah satu sabdanya:
Barang siapa mengerjakan suatu amal yang bukan termasuk urusan kami, maka amal itu ditolak (Hadis Riwayat Muslim)
Sementara itu agar amal shalih sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam maka harus mengetahui ilmu-ilmu amal shalih tersebut dari Al-Qur’an, al-Hadis, ijmak dan qiyas.
Kedua, hendaknya kita mengetahui tentang adab-adab puasa sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab bidayatul hidayah pada bab adab puasa, karya Imam Al-Ghazali. Secara ringkas adalah sebagai berikut :
Pertama, Beliau menganjurkan tidak hanya berpuasa Ramadhan saja tetapi juga hendaknya melakukan ibadah puasa sunah karena untuk meraih derajat yang tinggi di surga Firdaus. Beliau mengatakan
“Tidak sepantasnya engkau mencukupkan diri hanya dengan berpuasa Ramadhan saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan amalan-amalan sunnah dan meninggalkan usaha untuk menggapai derajat yang tinggi di surga Firdaus. Jika hal itu yang kau lakukan maka engkau akan menyesal tatkala menyaksikan kedudukan yang dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang tampak laksana bintang-bintang yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat yang tertinggi di surga.”
Kedua, berpuasa tidak hanya menahan rasa lapar dan haus tetapi juga menjaga tubuh dari segala kemaksiatan baik maksiat lisan, mata, telinga, kaki dan lain-lainnya. Beliau berkata :
”Namun sempurna puasa adalah dengan memelihara semua anggota tubuh dari segala hal yang dibenci oleh Alloh Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah engkau memelihara mata dari melihat ke arah hal-hal yang tidak disukai Alloh, menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan Alloh Ta’ala, Karena orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang melakukan ghibah.”
Ketiga, Hendaknya berbuka dengan makanan yang halal dan tidak berlebihan. Beliau imam Al-Ghazali berpesan ,
”Kemudian berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang halal, dan janganlah engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau makan pada setiap malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja engkau membiasakan makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun porsinya untuk dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk melemahkan syahwatmu dan kekuatanmu yang dengannya engkau akan menjadi kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh subhanahu wata’ala.”
Keempat, Hendaknya jangan makan pada malam hari misalnya jam 23.00 malam. Beliau imam Al-Ghazali berpesan:
”Jika engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak dapat kau makan di siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa yang engkau kerjakan itu, dan sungguh perutmu akan berat karena kekenyangan. Padahal tidak ada wadah yang paling dibenci Alloh Ta’ala melebihi perut yang penuh (kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila perut itu penuh (kekenyangan) dengan barang yang haram?
Ketiga, kita harus mengetahui perkara-perkara yang menghalangi dosa-dosa kita tidak terampuni. Perkara-perkara tersebut adalah dosa-dosa besar, artinya kita harus menjauhi dosa-dosa besar.
Para ulama telah menjelaskan kepada kita bahwa puasa Ramadhan dapat menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan itu adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar. Sementara dosa-dosa besar akan terampuni jika ia benar-benar bertobat kepada Alloh Subhanahu wata ala terhadap dosa-dosa besar tersebut.
Dosa-dosa besar tersebut antara lain Menyekutukan Alloh, sihir, membunuh jiwa yang telah Alloh haramkan melainkan dengan cara yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling lari dari peperangan, berzina, menuduh zina terhadap wanita yang beriman yang suci, yang menjaga kehormatannya, durhaka kepada kedua orang tua, berzina dan lain-lainnya.
Yang mendapatkan dosa-dosa besar itu tidak hanya pelakunya saja secara langsung atau pelaku maksiat aktif tetapi juga mereka yang mendukung, memberikan kemudahan untuk berbuat maksiat, dan ridha terhadap pelaku maksiat aktif atau dengan kata lain mereka adalah para pelaku maksiat pasif. Misalnya zina adalah termasuk salah satu dosa besar.
Namun yang mendapatkan investasi dosa besar tidak hanya pelaku zina tetapi juga para pembuat hukum yang membolehkan zina dan para pemilih serta para pendukung terhadap pembuat hukum atau legislator.
Oleh karena itu setelah kita mengetahui dan melaksanakan perkara-perkara diatas maka selanjutnya baru kita mengisi bulan Ramadhan dengan amalan-amalan shalih dengan mengharap keridhaan Alloh dan ikhlas semata-mata karena Alloh.
diantara amalan-amalan shalih tersebut adalah sahur, menyegerakan berbuka, membaca Al-Quran dan mengkajinya serta mendakwahkanya, iktikaf, infaq, shalat Tarawih, shalat tahajjud, umrah, berdakwah dan lain-lainnya.
Semoga kita semua dibulan ramadhan ini mendapatkan rahmat dan ampunan dari Alloh Subhanahu wata ala.
Wallohu a'lam
Penulis : dr. KH. Muhammad Ali Syafiuddin (dengan sedikit editing)
Begini Cara Cerdas dan Praktis Mengisi Bulan Ramadhan